Sabtu, Mei 4

ANTROPOMETRI BAYI BARU LAHIR SEBAGAI PENGUKURAN PENGGANTI UNTUK MENDETEKSI KASUS BBLR

Nova Lestari1, Bambang Sutrisna2, Yovsyah3, Shierly I Moningkey4
1 Mahasiswa Pasca Sarjana FKM UI
2 Guru Besar FKM UI
3 Staf Pengajar FKM UI
4 Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

Latar belakang: Di Indonesia, prevalensi kasus BBLR 11,1% belum menunjukkan angka
sebenarnya, karena masih banyak bayi baru lahir yang tidak ditimbang terutama pada persalinan
rumah (43%). Pengukuran antropometri dipertimbangkan sebagai pendekatan berat lahir
sehingga kasus BBLR dapat dideteksi walaupun penimbangan tidak dapat dilakukan. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui ukuran antropometri yang paling valid dan reliable untuk
mendeteksi kasus BBLR di Kabupaten Kampar.

Metode: Desain potong lintang dengan substansi uji diagnostik terhadap ukuran antropometri
bayi baru lahir di Kabupaten Kampar periode 19 Maret hingga 18 Mei 2012. Semua bayi baru
lahir dengan kriteria lahir hidup, tunggal, umur kehamilan 28-42 minggu dan tanpa kelainan
kongenital diukur berat lahir dan ukuran antropometrinya dalam 24 jam setelah kelahiran. Uji
diagnostik dilakukan dengan metode ROC untuk mendapatkan nilai AUC dan menentukan titik
potong berdasarkan nilai sensitivitas dan spesifisitas yang optimal.

Hasil: Dari 568 bayi baru lahir, 522 (91,9%) menjadi subjek penelitian. Rata-rata berat lahir
3114 gram ± 401 gram dan 48 (9,2%) adalah BBLR. Dengan metode ROC, diperoleh nilai AUC
lingkar dada 98,7%, sensitivitas 93,04%, spesifisitas 93,75% dan dianggap sebagai indikator
pengganti yang valid dan reliable untuk mendeteksi kasus BBLR dengan titik potong 30,7 cm.

Kata kunci:
Berat lahir, ukuran antropometri, BBLR
Bayi Berat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar